Gadis itu pun sampai ke rumahnya, ia masuk dan menutup pintu, ia ucapkan selamat tinggal sebelum ia menghilang. Gadis itu menyangka bahwa pemuda itu akan datang bersama keluarganya untuk menemui ayahnya. Penantian telah lama, namun pemuda itu tidak kunjung melakukan seperti yang ia harapkan. Gadis itu putus asa, begitu juga dengan pemuda itu. Gadis itu tidak lagi berharap pemuda itu akan meminangnya, penantiannya telah cukup lama, apalagi yang ia tunggu?!
Pemuda itu juga telah putus asa terhadap gadis yang ia cintai. Ia telah melihat bahwa gadis itu berasal dari keluarga yang berkecukupan dan kaya, sedangkan ia miskin dan hina.
Seorang pria lain telah mengetuk pintu rumah gadis itu, ia disambut dan akhirnya mereka menikah.
Hati gadis itu mulai terhibur setelah ia menikah dan ia pun telah melupakan pemuda yang sebelumnya pernah singgah di hatinya. Akan tetapi hati pemuda belum sembuh dan belum bisa melupakannya, bahkan sedikit demi sesdikit berubah menjadi dengki.
Pemuda itu mengetahui bahwa gadis itu telah menikah, karena ia tisdak lagi menemani ibunya di hari kamis setiap kali ibunya berkunjung ke rumah bibinya di tepian Ar-Rashafah.
Dua tahun berlalu, pemuda itu masih larut memikirkan gadis pujaan hatinya. Ia telah gagal menikahinya karena kondidi ekonomi yang sulit.
Setelah dua tahun itu, pemuda itu bertemu dengan gadis yang pernah dicintainya, ia membawa seorang bayi yang masih menyusui, buah dari perkawinannya. Ia menatap wajah wanita itu cukup lama, hingga ia benar-benar yakin bahwa wanita itu adalah gadis pujaan hatinya.Wanita itu sibuk mengurus bayinya. Pemuida itu memanggil dan mengingatkannya. Wanita itu pun tidak lupa, ia berkata kepada pemuda itu, "Saat ini saya bukan milikmu lagi, saya telah menikah dan ini adalah bayi saya."
Akan tetapi, pemuda itu hanyut dalam kesesatannya, setan telah menjerumuskannya, ia telah menjadi setan berwujud manusia, ditambah lagi nafsu amarah uyang menguasainya. ia inigin memperkosa wanita itu, akan tetpai waita itu tetap mempertaankan kehormatan dirinya. Pemuda itu menganca kana menenggelamkan bayinya ke dalam sungai. Akan tetapi wanita itu tetap akan pendiriannya.
Pemuda itu benar-benar melaksanakan ancamannya, ia menenggelamkan bayi itu ke dalam sungai, karena wanita itu masih bertahan, maka pemuda itu menyerangnya dengan pisau, lalu menikamnya dengan beberapa tususkan. Pemuda itu inigin memeluknya, namun ia tetap melawan.
Akhirnya luka parah membuatnya kalah, ia pun menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan mempertahankan kehormatan dirinya. Kemudian pemuda itu membuangnya ke dalam air, kemudian ia berputar ke tepan sungai Tigris, ia membasuh perahunya dan membersihkan bekas-bekas kejahatannya dengan tenang dan tanpa fikir panjang.
Bekas-bekas kejahatan hilang menghilang, tercatat bahwa pelaku kejahatan tersebut tidak diketahui. Akan tetapi, sang pelaku tidak bisa bersabar atas perbuatannya. Setiap kali ia lewat di tengah sungai tempat ia melakukan dosanya, seakan-akan bayi yang telah ia tenggelamkan ke laut itu menangis minta tolong. ia juga mendengar suara sang ibu memberikan ancaman, seakan-akan ibu berada di samping Allah menyerang perahunya dengan serangan keras. Gelombang air itu naik karena tangisan bayi dan minta tolong serta ancamann sang ibu.
Akhirnya, pemuda itu meninggalkan perahumya dan menjadi tukang jagal. Setiap hari, pergi ke tempat pemotongan hewan sampai tengah malam, setelah itu ia membawa daging-daging ke toko.
Pada waktu subuh, ia kembali ke rumahnya yang terletak di pinggir jalan sempit, bergelombang dan buntu di salah satu jalan kwasan tua kota baghdad. Dalam perjalanan pulang dari tempat pemotongan menuju rumahnya, kira-kira bebebrapa meter dijalan sempit, bergelompang dan buntu itu ia mendengar jereitan minta tolong. ia pun segera berlari menuju ke arah suara itu.
Di tempat itu, ia menemukan seorang korban pembunuhan yang sedang sekarat dan bewrelumuran darah, demikian juga dengan pakaiannya. Pisau pemuda itu jatuh ke dada korban pembunuhan itu sehingga berlumuran darah.
Pemuda itu sangat terkejut, akan tetapi ia tidak bisa bertereiak karena ketakutan. Ia lebih terkejut lagi ketika banyak orang yang terdiri dari para penjaga malam dan petugas bersenjata mengelilinginya. Mereka memerintahkannya agar bangkit dan mengangkat kedua tangannya. Salah seorang petugas mencabut pisau tukang jagal yang jatuh ke tubuh korban pembunuhan itu.
Banyak orang berkumpul di sekitar petugas. Beberapa tetangga mencari berita tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tukang jagal tersebut dibawa ke kantor polisi terdekat.
Pemeriksaan segera dilakukan. Para petugas jaga malam bersaksi bahwa mereka telah menangkap tukang jagal di lokasi pembunuhan dan pisaunya ditemukan berada di atas tubuh korban. Mereka tidak menemukan orang lain di lokasi kejadian.
Beberapa saksi juga mendukung kesaksian para penjaga malam tersebut. pengadilan memutuskan bahwa pelaku pembunuhan adalah tukang jagal tersebut, maka ia dijatuhkan hukuman gantung.
Tidak seorang pun mengingkari bahwa ia adalah pelakunya, dan tidak ada satu pun yang percaya bahw ia menemukan korban ketika ia kembali ke rumahnya.
Semua ucapannya seolah terbang ditiup angin. Akan tetapi, setelah keputusan tersebut, ia berkata kepada majelis hakm dan dihadapan hadirin, "Ucapan saya benar dan ucapan para saksi itu dusta. Akan tetapi, saya memang pantas dihukum mati. Karena saya telah membunuh seorang ibu dan bayinya yang masih menyusui beberapa tahu silam. Maka carilah pembunuh sebenarnya yang telah membunuh orang ini agar tidak terebebas dari hukuman." kemudian hukuman gantung dilaksanakan terhadap dirinya.
Mungkin asja hukuman mati dilaksanakan terhadap tukang jagal itu dan para pelaku pembunuhan lainnya tanpa meninggalkan bekasa bagi masayarakat, karena kisahnya terus diceritakan hingga hari ini. Ketika itu manusaia tidak mampu mengungkap siapa membunuhnya, akan tetapi Allah selalu mengawasi.
Malam itu, sang tukang jagal menceritakan kisah terakhinya kepada ayah, ibu dan saudara-saudaranya. Mendekati waktu pelaksanaan hukuman mati, para petugas mendekat unutuk melaksanakan hukuman gantung. Disebutkan kepada paraa keluarga bahwa waktu pelaksanaan hampir tiba. Semua yang mendengar berharap agar hidup pemuda itu diperpanjang, walaupun hanya beberapa menit.
Kemudian seorang petugas datang meletakkan kain hitam penutup kepala ke kepala pelaku, lalu menggiringnya menuju tiang gantungan. Sebelum kayu alas kakinya ditarik, ia berteriak, "Carilah pelaku pembunuhan sebenarnya, karena sesunguhnya aku digantung karena telah membunuh bayi dan ibunya. Hukuman yang dijatuhkan terhadap diriku bukanlah keadilan manusia, akan tetapi keadilan Tuhannya manusia."
Peristiwa itu telah berlalu, akan tetapi kisahnya terus ada sebagai pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran



